Padang
Lamun Rumah Duyung, untuk Kita
Oleh Gabriella Sitorus
Indonesia merupakan
negara yang kaya dengan banyak sekali keanekaragaman di dalamnya. Alam yang
dimiliki negara kita ini sangat indah. Salah satunya adalah padang lamun.
Pernahkan Anda mendengar padang lamun sebelumnya? Menurut World Wildlife Fund
(WWF), bangsa Indonesia masih banyak yang belum terpapar degan pengetahuan akan
padang lamun ini sendiri, sekitar 92% responden bekum tahu akan keberadaan
lamun. Lantas apa itu padang lamun? Padang lamun merupakan ekosistem khas di
laut dangkal pada perairan hangat dengan dasar pasir dan didominasi tumbuhan
lamun, sekelompok tumbuhan anggota bangsa Alismatales yang beradaptasi di air
asin. Padang lamun juga bisa berarti
tempat penyu mencari makan, biasanya di daerah pantai yang berhutan
bakau. Ekosistem pesisir pada dasarnya
terdiri atas 3
komponen penyusun yaitu
lamun, terumbu karang serta
mangrove. Memang lamun tidak seterkenal terumbu karang dan mangrove. Padahal
ketiganya bersama-sama menciptakan wilayah pesisir menjadi daerah yang relatif
sangat subur dan produktif. Lamun sangat berperan penting pada fungsi-fungsi biologis dan fisik dari
lingkungan pesisir.
Seperti yang sudah kita ketahui bersama, Indonesia masih
memiliki berbagai masalah lingkungan dan salah satu penyebabnya adalah ulah
manusia. Padang lamun pun menjadi ekosistem yang terancam. Padahal, padang
lamun memiliki peran yang penting terhadap keberlangsungan makhluk hidup
lainnya. Menurut McRoy & Hefferich
(1977), padang lamun di daerah
tropis merupakan ekosistem alam yang paling produktif. Padang lamun
berfungsi sebagai penahan gelombang, menangkap dan menetabilkan sedimen agar air
menjadi lebih jernih, dan sebagai tempat tinggal berbagai jenis ikan. Padang
lamun juga ternyata dapat mengurangi laju perubahan iklim. Karbon dioksida
dapat ia serap dengan baik. Menurut LIPI yang dilansir dari lipi.go.id, padang
lamun ini juga mampu menyerap karbon hingga 5.446 Mg per tahun dengan analogi
satu hektar lamun dapat menyerap racun yang terpapar bebas di udara dari hasil
pembakaran 800 ribu puntung rokok. Sungguh menakjubkan!
Duyung dapat hidup sampai usia tua, yang tertua di
teliti pada saat kematiannya adalah 73 tahun (Marsh et al., 2002). Walaupun
dengan kondisi habitat yang ideal untuk proses reproduksi, peningkatan populasi
duyung tidak akan lebih dari 5% per tahun.
Ini sangat riskan bagi duyung untuk mengalami eksploitasi. Penelitian
menunjukkan bahwa duyung tersebar di berbagai lokasi di Indonesia, seperti
Maluku, Teluk Balikpapan, Biak, Pulau Lembata, Nusa Tenggara, dll. Duyung
sendiri dapat tinggal di padang lamun karena mengandung sumber makanan. Di
padang lamun, duyung-duyung daoat berinteraksi dan memperoleh makanan berupa
daun dan rizoma lamun, terutama jenis pionir dari genus Halophila dan Halodule.
Pada proses pengolahan makanan, duyung terlihat mengacak-acak dasar lamun.
Ternyata ini membuat padang lamun menjadi lebih subur. Hubungan yang saling
menguntungkan antara padang lamun dan duyung menunjukkan bahwa ini dapat
menjadikan keseimbangan ekologis flora dan fauna di sekitar padang lamun.
Apa jadinya jika padang lamun benar-benar rusak dan
tercemar? Kegiatan manusia banyak sekali yang mengancam kelangsungan ekosistem
lamun. Banyak sekali wilayah lamun Indonesia yang sudah terancam. Aktivitas
manusia seperti penggunaan air berlebihan, penggundulan hutan, alih fungsi
hutan dan lahan, membuang sampah sembarangan, dll. Menjadi ancaman yang nyata
akan keberlangsungan padang lamun bagi habitat duyung. Sulit bagi duyung untuk
berkembang biak dan hidup dengan aman apabila habitatnya terganggu. Selain itu,
duyung adalah mamalia laut yang dilindungi tapi masih banayk diburu oleh
orang-orang kurang bertanggung jawab. Ini menjadi fokus penting bagi masyarakat
Indonesia khususnya. Edukasi akan pentingnya padang lamun bagi dugong dan
ekosistemnya sangat penting dilakukan untuk menyadarkan masyarakat. Semua
terlibat untuk memulihkan keadaan padang lamun di Indonesia, mulai dari
pemerintah, lembaga swasta, scientist,
jurnalis, mahasiswa, bahkan pelajar sekalipun. Karena penyebab utama kerusakan
adalah ulah manusia, mari mulai memperbaiki perilaku kita pribadi dengan tidak
membuang sampah sembarangan demi habitat lamun bagi pesisir yang lebih baik.
Lamun, tempat tinggal dugong pun kelak akan kembali asri dan lestari, sehingga
dapat menunjang proses ekologis yang baik bagi negara kita, Indonesia.
Referensi
http://lipi.go.id/
https://drive.google.com/open?id=1kFHqh1mEo4LGb5D-NMjosdqCXx5k4JDm
Umar Tangke. 2010. Jurnal Ilmiah agribisnis dan
Perikanan: Ekosistem Padang Lamun.
Ternate : UMMU-Ternate.
Referensi Gambar :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQsJx6oqSeWuJBc5JlIhw-_8fo_nbK7xQr_Nxw6l1riltK5P4EEk2TI5nERlunPG0FXhEb_LyLw3-SAixzGf6zygEM_DBZ9jTtPBCG8cQoakxwIGQQY0QkK9kKJ-pkXcmeBjPbrNDepcQ/s1600/padang+lamun+zoom.jpg
http://jagabhumi.com/padang-lamun-indonesia-harus-tetap-dilestarikan/
https://s.kaskus.id/images/2018/04/26/8490746_201804260704020216.jpg